Latest News

Showing posts with label Akibat Korupsi. Show all posts
Showing posts with label Akibat Korupsi. Show all posts

Thursday, April 19, 2018

PENCEGAHAN KORUPSI YANG BERSINERGI

Sebuah negara yang dikategorikan sebagai negara maju setidaknya memiliki 2 (Dua) aspek penentu ini, yaitu aspek pertahanan dan perekonomian. Pertanahan merupakan perwujudan kemampuan suatu negara untuk membela diri dari ancaman pihak lain atau pun ancaman dari dalam negeri sendiri, sekaya apapun dan sebesar apapun pendapatan suatu negara, tentu tidak sempurna jika tidak memiliki kemampuan mempertahankan aset, budaya, kekayaan alam, wilayah dan rakyatnya. Kekuatan perekonomian adalah perwujudan dari kemampuan suatu negara membiayai diri sendiri, tanpa terlalu banyak bergantung pada pihak lain, sehingga dengan perekonomian yang baik suatu negara dapat secara bebas mengatur hidupnya sendiri, memenuhi segala kebutuhan dalam negeri bahkan mengatur negara lain melalui kerja sama perdagangan. Kekuatan pertahanan dan perekonomian itu menjadi mustahil tercapai jika ada perilaku yang digolongkan penyakit kronis suatu negara, yang dapat meruntuhkan kekuatan pertahanan dan perekonomian yang sudah mapan dan dapat pula menghalangi tercapainya kemandirian pertahanan dan perekonomian, ibarat penyakit diabetes yang menggerogoti secara perlahan, senyap namun pasti kesehatan tubuh kita, penyakit itulah yang disebut Korupsi.
Sejarah telah mencatat bahwa indonesia telah banyak membentuk lembaga yang fokusnya untuk memberantas praktek kecurangan terhadap pengelolaan keuangan negara, dari era revolusi Presiden Soekarno tahun 1960 yaitu Panitia Retooling Aparatur Negara, Operasi Budhi (1963), Tim Pemberantasan Korupsi (1967), Komisi Empat (1970), Komite Anti Korupsi yang melibatkan aktifis mahasiswa pada tahun 1970, Operasi Penertiban-OPSTIB (1977), Komisi Pemeriksa Kekayaan Penyelenggara Negara (1999), Tim Gabungan Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (2000), Komisi Pemberantasan Korupsi (2002) hingga Tim Koordinasi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi – Timtas Tipikor (2005). Keberadaan lembaga dan tim khusus pemberantasan korupsi itu mengalami pasang surut, menjadi bukti betapa Penyakit Korupsi itu begitu sulit diberantas. Paradigma penindakan, pemberantasan atau pemusnahan penyakit korupsi itu ternyata tidaklah efektif, karena yang dilakukan lembaga di atas adalah korupsi yang sudah terlanjur, sehingga cukup memberikan edukasi terhadap pihak-pihak yang belum atau sedang melakukan korupsi. Oleh karena itu saat ini pemberantasan korupsi di Indonesia di fokuskan pada pencegahan melalui sosialisasi-sosialisasi, even dan kegiatan pencegahan.
Berdasarkan UUD Tahun 1945, dibentuklah BPK RI yang bertujuan untuk meningkatkan manfaat hasil pemeriksaan dalam rangka mendorong pengelolaan keuangan negara untuk mencapai tujuan negara dan Meningkatkan pemeriksaan yang berkualitas dalam mendorong pengelolaan keuangan negara untuk mencapai tujuan negara. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) yang merupakan lembaga terdepan yang mengawal harta negara bersama dengan Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) sangat efektif mencegah terjadinya korupsi. Keberadaan BPK RI yang secara rutin melakukan audit mampu mendeteksi secara dini permasalahan pengelolaan keuangan negara, sehingga mampu mencegah penyimpangan yang lebih besar. Luasnya kewenangan BPK RI menjadikan jumlah objek pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK RI mencakup seluruh anggaran yang bersumber dari APBN/APBD pada Kementerian/Lembaga/Pemerintahan/BUMN/BUMD yang ada. Namun dari segi jumlah personil, BPK RI masih sangat kekurangan Auditor dibanding jumlah objek pemeriksaan yang harus ditangani, ditambah lagi banyaknya jenis-jenis pemeriksaan, seperti Audit Keuangan, Audit Kinerja, Audit Dengan Tujuan Tertentu, Audit Investigasi, Evaluasi dan reviu yang harus dilakukan BPK RI. Minimnya jumlah auditor menjadikan pemeriksaan dilakukan secara Sampling dengan pertimbangan risiko yang ada pada objek tersebut, sehingga dalam satu tahun tidak semua objek pemeriksaan akan dilakukan pemeriksaan oleh BPK RI, akibatnya ada objek pemeriksaan yang hingga saat ini belum pernah diperiksa.Seperti kebijakan pemerintah meningkatkan anggaran pemerintahan desa menjadi 1 milyar, jika dilihat dari banyaknya jumlah desa yang ada serta minimnya kemampuan SDM perangkat desa dalam mengelola keuangan, menyebabkan terjadinya potensi penyimpangan yang besar. Untuk itu perlu adanya pengawasan yang intensif terhadap pengelolaan keuangan desa. Saat ini lembaga yang rutin mampu menjangkau pengawasan anggaran desa adalah Inspektorat Kabupaten/Kota, namun dengan kondisi yang berbeda-beda setiap daerahnya tergantung bagaimana kebijakan kepala daerah dalam mendukung pengawasan di daearh masing-masing. Misalnya terkait anggaran sarana dan prasarana, pendidikan dan pelatihan, perekrutan tenaga pemeriksa ataupun dukungan tindak lanjut hasil pengawasan. Selain itu adanya beberapa jenis fungsional yang melakukan pengawasan juga menjadi tantangan tersendiri, hal ini dikarenakan masing-masing fungsional memilik lembaga pembina yang berbeda, tidak jarang pada tataran teknis terjadi kesulitan dalam kerjasama yang dilakukan.
Banyaknya lembaga pencegahan korupsi di Indonesia yaitu Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) seperti BPKP, Inspektorat Kementerian/Lembaga, Provinsi dan Kabupaten/Kota  harusnya dimanfaatkan secara maksimal demi tercapainya pengawalan harta negara secara efektif. Saat ini jumlah APIP yang ada di Indonesia sebanyak 16.000 orang, berdasarkan kajian oleh KPK masih diperlukan 30.000 orang APIP demi mencapai postur ideal pengawasan. Untuk itu perlu adanya kerjasama pembinaan dan standarisasi pemeriksaan, sehingga hasil yang dicapai sesuai dengan kebutuhan BPK RI dalam melakukan pemeriksaan. Porsi pembinaan BPK RI terhadap APIP harus ditingkatkan, potensi jumlah SDM Auditor yang sudah terstandarisasi oleh BPKP menjadi peluang yang dapat dimanfaatkan untuk menutupi kekurangan jumlah personil BPK RI.
Saat ini pemberantasan  korupsi terkesan keroyokan, dimana semua lembaga berlomba-lomba unjuk gigi dalam memberantas korupsi, namun terlihat seolah-berjalan masing-masing. KPK yang merupakan Icon pemberantasan korupsi pada awalnya di khususkan untuk memberantas korupsi yang bernilai di atas Rp. 1 Milyar, namun sering berjalan waktu KPK juga melakukan kasus-kasus yang berkategori di bawah Rp. 1 Milyar. Seperti kasus penyuapan pengacara salah satu artis kepada Hakim, atau pun operasi tangkap tangan terhadap pejabat-pejabat di daerah yang nilai nya receh. Selain KPK, Kejaksaan dan Kepolisian R.I juga semakin giat melakukan upaya pemberantasan korupsi, dimana unit-unit khusus seperti Tipidkor di Polres ataupun Pidsus di Kejaksaan Negeri semakin aktif melakukan pengusutan-demi pengusutan kasus korupsi. Akhir-akhir ini juga telah dicanangkan Tim Saber Pungli yang fungsinya memberantas praktek pungutan liar yang tidak lain bagian dari korupsi. Dalam menjalankan upaya pemberantasan korupsi, penegahk hukum tidak bisa sendiri, dikarenakan penegak hukum tidak memiliki wewenang menentukan nilai kerugian untuk dibawa ke ranah hukum, sehingga memerlukan bantuan dari lembaga yang berwenang seperti BPK RI, BPKP dan Inspektorat, sekalipun dalam prakteknya mash ditemukan perdebatan mengenai lembaga mana yang memiliki kewenangan penentuan kerugian negara.
Ada istilah bahwa lidi yang diikat menjadi satu lebih berdayaguna dan berhasil guna dari pada lidi yang tercerai berai.  Perlu ada penyatuan fungsi pemberantasan korupsi pada satu lembaga yang ditunjuk secara khusus mengkoordinir gerakan pemberantasan korupsi, sehingga peperangan melawan korupsi tidak dilakukan secara sporadis, tapi terstruktur, terkoordinir, terarah dan terukur. Katakanlah KPK diberikan kewenangan khusus menangani kasus Tipikor, sedangkan lembaga lain seperti Kepolisian dan Kejaksaan diberikan kewenangan pidana selain Tipikor, namun kedua lembaga itu tetap saling bersinergi dan bekerja sama, baik kerjasama personil maupun fasilitas. Karena lembaga penegak hukum dan pengawasan itu saudara kandung dari rahim yang sama, yaitu Negara Kesatuan Republik Indonesia. Bergandengan tangan lebih baik, sekalipun lebih harus banyak bersabar.

Saturday, August 19, 2017

Pengertian Korosi, Jenis, Faktor Penyebab, & Proses Cara Mencegahnya


Apasih itu Korosi?. Mengawali tulisan yang berjudul pengertian korosi, jenis, faktor penyebab, & cara mencegahnya cukup melelahkan bagi penulis untuk menyelesaikannya. Alasannya, informasi mengenai korosi cukup sulit untuk ditemukan, terlebih lagi informasi yang sederhana. Kedua, korosi yang biasanya ada dalam pelajaran kimia, tidaklah penulis mengerti karena penulis sangat malas dalam mengikuti pelajaran kimia. Sekian.

Tidak hanya itu, penulis juga merangkum dari berbagai sumber yang mana informasi mengenai korosi kurang akurat dan terkadang terdapat perbedaan antara informasi yang berada di situs-situs lainnya. Alhasil membuat penulis mencari tempat atau referensi yang lebih baik yang dapat anda lihat di paling bawah.

Namun, dengan pembahasan ini, korosi, penulis mengingat kembali mengenai pembelajaran yang pernah penulis tempuh. Korosi, erosi dan abrasi dll. Semoga benar.

Pembahasan mengenai korosi terlebih yang paling susah menurut penulis adalah penyebab korosi, faktor-faktor yang mempengaruhi korosi dan juga cara mencegah korosi. Alasannya, karena masalah sumber yang kurang akurat, yang mengurangi profesionalisme dari artikelsiana selama ini jika menyajikan informasi yang abal-abalan.

Kedua dari banyak angka-angka perhitungan yang lagi-lagi dalam merangkum informasi tersebut membutuhkan waktu ekstra dalam menyelesaikan hingga termuat judul Pengertian korosi, jenis-jenis korosi, faktor penyebab korosi dan cara mencegahnya.

Bagi teman-teman yang telah membaca atau melihat informasi mengenai korosi baik itu pengertian korosi, hingga cara mencegah atau pencegahan korosi dapat teman-teman share kepada teman-teman sekelas atau ketempat dimana seluruh orang dapat mengetahui informasi ini. Mengapa?. Lagi-lagi beramal.

Beramallah kepada siapapun, agar apa yang kita lakukan dapat berkah termasuk penulis dan termasuk teman-teman. Ingat ketika kita membagikan informasi ini, kemudian teman anda mendapatkan lalu membagikannya lagi, maka dari anda teman-teman anda dapat beramal dan mendapatkan pahala.

Apalagi perkemahan teknologi, tentu membuat beramal lebih mudah. Beramal tidak serta merta uang, dapat dengan membangikan informasi ini itu sudah beramal.

Semoga teman-teman membacanya, dan melakukannya. Untuk melihat informasi mengenai pengertian, korosi, jenis-jenis atau macam-macam korosi, penyebab korosi dan cara mencegahnya dapat dilihat dibawah ini..

Pengertian Korosi: Apa itu Korosi?

Korosi adalah sesuatu yang teramat berbahaya, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Pada bidang industri minyak dan juga gas, proses dari korosi adalah terjadinya suatu masalah yang penting dan perlu diperhatikan karena terjadi suatu dampak akibat dari korosi yang demikian cukup besar. Contohnya pada bidang industri minyak dan juga gas melalui pengeboran menuju platform proses, maka dapat menimbulkan kerusakan (damage) dan kebocoran yang terjadi melalui pipa tersebut.

Dampak yang terdapat di Korosi secara langsung ialah membutuhkan biaya dalam mengganti material-material logam ataupun alat-alat yang dapat mengakibatkan korosi. Jika pengerjaan dalam penggantian material terkorosi, biaya dalam pengendalian korosi dan biaya tambahannya membua kontruksi melalui logam yang lebih tebal.

Hal tersebut dapat berdampak secara tidak langsung, dimana korosi dapat mengakibatkan terjadi suatu kerugian misalnya penyediaan gas dapat terhenti, image suatu perusahaan dapat menurun, nilaidari suatu saham menjadi turun dan juga dapat menghasilkan safety yang rendah.

Menurut Einar Bardal, Korosi merupakan degradasi dari material (biasanya logam) yang terjadi dari reaksi elektrokimia material tersebut bersama lingkungannya.

Ada banyak para ahli menyebutkan terutama dari Trethewey, dan CHamberlain serta Rini Riastuti dan Andi Rustandi bahwa kroosi merupakan penurunan mutu logam dari adanya reaksi eletrokimia dengan lingkungannya. Lingkungan demikian berupa air, gas, udara, larutan asam, dan lain-lainnya.

Menurut Hakim bahwa korosi atau pengkaratan adalah suatu peristiwa kerusakan atau terjadinya penurunan kualitas suatu dari bahan logam yang terjadi, disebabkan oleh reaksi lingkungan. Adapun istilah korosi berlaku dalam material non logam misalnya plastik, keramik dan juga karet. Sebagai contoh dari rusaknya cat karet karena terdapat sinar matahari atau terkena suatu bahan kimia yang mencair seperti lapisan tungku pembuatan baja, serangan logam yang solod oleh logam yang cair (Liquid metal corrosion).

Jenis-Jenis Korosi 

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Halwan Jaya dkk bahwa korosi mempunyai berbagai macam bentuk. Bentuk dari setiap korosi mempunyai karakteristik dan juga mekanismenya yang berbeda-beda. Jenis atau macam-macam korosi tersebut adalah sebagai berikut..

1. Korosi Merata 
Korosi merata merupakan bentuk dari korosi yang biasanya terjadi. Korosi merata ditandai dengan adanya reaksi kimia atau elektrokimia pada permukaan bereaksi. Dampknya dapat terlihat misalnya logam menjadi tipis dan akhirnya terjadi kegagalan pada logam tersebut.

Korosi merata juga keadaan kerusakaan yang besar pada material. Namun, korosi merata kurang diperhatikan karena bergantung dari umur suatu peralatan dan dapat diperkirakan secara akurat dengan pengujian yang lebih sederhana.  Adapun bentuk atau cara mencegah terjadinya korosi merata adalah pelapisan inhibitor dan juga proteksi katodik.

2. Korosi Galvanik 
Perbedaan yang potensian dan sering terjadi diantara kedua logam yang berbeda, pada saat keduanya di celupkan dari laturan korosif. Saat logam itu berkontak, terjadi sesuatu perbedaan potensial yang dapat menghasilkan aliran elektron. Elektron tersebut mengalir dari logam yang kurang muliah (anodik) ke metal yang lebih mulia (katodik).

Akibatnya pada metal yang kurang mulia dapat berubah ke ionion yang lebih positif karena mampu kehilangan elektron. Ion-ion positif metal dapat beraksi dengan ionion negatif yang terdapat di dalam elektrolik menjadi garam metal. Karena peristiwa demikian permukaan anoda dapat kehilangan metal.

Korosi akan menyerang logam yang ketahanan-korosinya lebih rendah dan serangan pada logam yang lebih tahan-korosi akan lebih sedikit. Logam yang terserang korosi akan menjadi anoda dan logam yang lebih tahan terhadap serangan korosi akan menjadi katoda. Biasanya logam yang katodik akan terserang sedikit bahkan tidak terjaidi korosi ketika kedua logam tersebut disambungkan. Jenis korosi ini disebut korosi galvanik. 
    3. Korosi Celah
    Bentuk dari korosi yang ketika terdapat celah akibat penggabungan atau suatu penyatuan dua logam yang sama mempunyai kadar oksigen yang berbeda dengan bagian luarnya. Jenis dari korosi tersebut pada umumnya disebabkan oleh lubang yang kecil, dan celah0celah di bawah kepala baut dan pakunya keling.

    4. Korosi Sumuran 
    Korosi sumuran merupakan bentuk dari adanya serangan korosi yang sangat lokal kemudian menyerang suatu daerah tertentu yang mengakibatkan adanya lubang dalam logam. Kemudian lubang yang berdiameter kecil ataupun besar, dalam banyak kasus lubang tersebut relatif kecil. Lubang yang terisolasi ataupun terkadang terlihat misalnya permukaan yang kasar. Pits umumnya bisa digambarkan sebagai rongga atau lubang berdiameter permukaan kurang-lebih sama ataupun kurang dari kedalaman.

    Korosi sumuran adalah bentuk dari suatu korosi yang paling mudah merusak dan juga berbahaya. Hal tersebut menyebabkan suatu peralatan dapat gagal karena dengan terjadinya suatu penurunan massa yang sedikit saja dapat mengakibatkan terjadinya suatu lubang, maka kegagalan dapat juga terjadi dengan mudah. Terkadang sulit dalam mendeteksi pit karena ukurannya yang kecil dan juga pada arena lubang-lubang tersebut dapat tertutup oleh produksi korosi.

    5. Korosi Erosi
    Korosi Erosi adalah suatu korosi yang terjadi karena tingkat percepatan kerusakan atua serangan pada logam dari gerakan relatif antara cairan korosif dan permukaan logam. Biasanya gerakan tersebut cukup cepat, dan ikut serta dengan abrasi. Logam yang berada di permukaan tersebut kemudian berubah ke ion terlarut atau bentuk produk korosi yang padat.

    Terkadang juga dipengaruhi dari lingkungan yang mengurangi laju korosi, khususnya pada saat terjadi serangna logam dalam kondisi tergenang, tapi tidak dapat disebut dengan erosion corrosion karena terjadi suatu kerusakan tidak bertambah. Bentuk fisik dari korosi erosi dapat ditandai dalam suatu penampilannya berupa alur, parit, gelombanang, lubang bulat, lembah-lembah, dan juga dapat menunjukan pola arah.

    Korosi Tegangan 
    Gaya-gaya mekanis misalnya dari tarikan atau kompresi berpengaruh sangat kecil pada proses pengkaratan di bagian metal yang sama jika ditinjau dari laju pengkaratan dalam mil pertahun. Namun, ketika itu merupakan bagian kombinasi antara tensile stress dan lingkungan yang korosif, maka kondisi tersebut merupakan salah satu dari penyebab utama dalam kegagalan material. Kegiatan tersebut dapat berupa retakan yang biasa disebut dengan korosi tegangan.

    Jenis serangan yang dapat berkarat terjadi sangat cepat, dalam ukuran menit, yaitu ketika seluruh persyaratan dapat terjadi karat regangan (tegangan) ini telah terpenuhi pada saat tertentu yakni adanya suatu regangan internal dan tercipta ketika kondisi korosif yang berhubungan dengna konsentrasi zat karat (corrodent) dan juga suhu lingkungan. 

      Faktor Penyebab Korosi 

      Peristiwa korosi sesuai dengan proses elektrokimia adalah proses (perubahan atau reaksi kimia) yang melibatkan adanya suatu aliran listrik. Bagian tertentu tersebut dari besi berlaku suatu kutub negatif (elektroda njegatif, anoda), sedangkan bagian yang lain sebagai kutub positif (eketroda positif, katoda). Elektron tersebut mengalir dari anoda ke katoda, sehingga dapat terjadi suatu peristiwa korosi.Korosi tersebut terjadi karena terdapat medium kering yang juga medium basah. Sebagai contoh dari korosi yang tberlangsung dalam suatu medium kering adalah penyerangan logam besi oleh gas oksigen (O2) atau oleh gas belerang dioksida (SO2). 

      Di dalam medium basah tersebut, korosi dapat terjadi secara seragam walaupun secara terlokalisasi. Contohnya dari korosi seragam di dalam medium basah adalah ketika besi terendam di dalam larutan asam klorida (HCl). Korosi dalam medium basah terjadi ketika terlokalisasi ada yang memberikan suatu makroskopis, seperti peristiwa korosi galvanik sistem besi-seng, korosi erosi, korosi reatakan, korosi lubang, korosi pengelupasan, serta korosi pelumeran, misalnya rupa yang mikroskopis yang dihasilkan dari korosi tegangan, korosi antar butir, dan korosi patahan. 

      Walaupun demikian sebagian dari korosi logam khususnya pada besi, terkorosi di alam dengan melalui suatu cara elektrokimia yang banyak menyangkut suatu fenomena antar muka. Hal demikian banyak dijadikan dasar utama dalam suatu pembahasan mengenai peran dalam pengendalian korosi. 

      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Korosi 

      1. Konsentrasi H20 dan O2 
      Pada kondisi kelembaban yang lebih tinggi, bisa dapat lebih cepat berkarat. Selain itu, air yang memiliki kadar oksigen terlarutnya lebih tinggi, memiliki perkaratan yang lebih cepat. Hal demikian sebagaimana air dan juga oksigen berperan sebagai suatu medium yang terjadi korosi dan juga agen pengoksidasi besi. 

      2. pH 
      Pada suasana yang lebih asam, pH < 7, reaksi korosi besi dapat lebih cepat, sebagaiman reaksi reduksi oksigen dalam suatu suasana asama dapat lebih spontan yang ditandai suatu potensial reduksinya yang lebih besar dibandingkan dengan suasana netral ataupun biasa.

      3. Keberadaan Elektrolit
      Elektrolit misalnya garam NaCl di suatu medium korosi dapat mempercepat terjadinya korosi, sebagaimana ion-ion elektrolit yang dapat membantu menghantarkan elektron-elektron bebas yang terlepas dari adanya suatu reaksi oksidasi di daerah anode kepada reaksi reduksi pada daerah katode. 

      4. Suhu 
      Semakin tinggi suatu suhu, maka akan semakin cepat juga korosinya yang terjadi. Hal tersebut terjadi, sebagaimana laju reaksi kimia yang terus meningkatkan seiring bertambahnya suhu. 

      5. Galvanic Coupling
      Jika besi terhubung ataupun menempel pada bagian logam yang kurang reaktif (tidak muda teroksidasi, potensial reduksi lebih positif), maka dapat timbul suatu beda potensial yang mampu menyebabkan terjadinya aliran elektron dan besi (anode) ke logam yang kurang reaktif (katode). Hal demikian menyebabkan besi dapat lebih cepat mengalami korosi dibandingkan tanpa keberadaan logam yang kurang efektif. Efek demikian juga dengan efek galvanic Coupling. 

      Cara Mencegah Korosi Pada Besi 

      1. Mencegah Dengan Menggunakan Lapisan Pelindung untuk Pencegahan Kontak Langsung dengan H2O dan O2
      Ada beberapa lapisan pelindung yang dapat digunakan, misalnya lapisan cat, lapisan oli dan gemuk, lapisan plastik, dan juga lapisan logam lain, misalnya Sn, Zn, dan Cr. Pada pelapisan cat dan juga pelapisan plastik jika cat tergores ataupun terkupas atau plastik terkelupas, korosi dapat mulai terjadi ketika bagian yang terpapar dengan udara tersebut. Pelapisan dengan oli dan gemuk, butuh dilakukan dengan pengolesan secara berkala. 

      Pada pelapisan timah (tin plating), timah lebih dapat tahan korosi karena kurang reaktif dibandingkan dengan besi, yang potensial reduksi besi lebih negatif (E� Fe = -0,44 V; E� Sn = -0,14 V). Akan tetapi, sebagaimana dalam efek galvanic coupling, ketika lapisan timah tergores, maka justru timah dapat mempercepat korosi pada besi. Pelapisan timah tersebut, umumnya dilakukan dengan kaleng-kaleng kemasan. 

      Pelapisan timah umunya digunakan dengan kaleng-kaleng kemasan yang bertujuan agar kaleng-kaleng dari bekas cepat rusak dan hancur. Pada pelapisan zink (galvanisasi), zink dapat lebih reaktif dibandingkan dengan besi E� Fe = -0,44 V; E� Sn = -0,76 V Beda halnya dengan timah, jika lapisannya tidak utuh, zink dapat melindungi besi dari korosi. Hal tersebut terjadi karena bentuk sel elektrokimia dengan zink dengan anode yang teroksidasi dan besi sebagai katode. Mekanisme perlindungan dinamai dengan perlindungan katode. 

      Pelapisan zink umunya digunakan pada besi penopang konstruksi dan pipa besi. Pelapisan kromium (chrome plating), kromium lebih (E� Fe = -0,44 V; E� Cr = -0,74 V). Sama seperti zink, mekanisme perlindungan katode juga terjadi pada pelapisan kromium meskipun ada lapisan kromium yang rusak. Pelapisan kromium umumnya digunakan pada ketel, setang, dan bemper mobil.

      2. Menggunakan perlindungan katode
      • Menggunakan logam lain yang lebih reaktif sebagai anode korban. Logam lain yang lebih reaktif dari besi, seperti Zn, Cr, Al, dan Mg, akan berfungsi sebagai anode korban yang menyuplai elektron yang digunakan untuk mereduksi oksigen pada katode besi. Metode perlindungan katode ini dapat dilakukan dengan pelapisan seperti pada galvanisasi dan chrome plating ataupun dengan hanya menghubungkan logam anode korban dengan besi. Sebagai contoh, pipa besi yang ditanam di bawah tanah dan badan kapal laut umumnya dihubungkan dengan batang magnesium. Magnesium akan berfungsi sebagai anode korban dan besi menjadi katode yang terlindungi dari korosi (E� Fe = -0,44 V; E� Cr = -2,37 V). Batang magnesium tersebut harus diganti secara berkala.
      • Menyuplai listrik dari luar. Untuk melindungi tangki besi bawah tanah juga dapat digunakan anode inert seperti grafit yang dihubungkan dengan sumber listrik. Elektron dari sumber listrik akan mengalir ke anode, lalu oksidasi yang terjadi di anode akan melepas elektron yang akan mengalir menuju katode tangki besi melalui elektrolit tanah.

      Demikianlah informasi mengenai Korosi. Semoga informasi ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan kita serta mampu kita aplikasikan secara nyata, nyata secara cepat dan tepat untuk kehidupan sekitar kita dan masyarakat luas. Sekian dan terima kasih. Salam Berbagi Teman-Teman. 

      Referensi: 
      • eprints.undip.ac.id/41465/3/BAB_II.pdf
      • eprints.polsri.ac.id/2019/3/13%20BAB%20II.pdf
      • eprints.polsri.ac.id/1947/3/BAB%20II.pdf
      • dll. 

      Tags