Latest News

Showing posts with label Sejarah Palestina. Show all posts
Showing posts with label Sejarah Palestina. Show all posts

Tuesday, September 23, 2014

Sejarah Peristiwa Rengasdengklok

Sejarah Peristiwa Rengasdengklok|Peristiwa Rengasdengklok merupakan sejarah bagi indonesia karna peristiwa rengasdengklok awal lahirnya atau Bagian dari Proses dalam Kemerdekaan Indonesia, Mengapa??.karna Peristiwa Rengasdengklok tonggak lahirnya Kemerdekaan Indonesia yang digaungkan oleh para pemuda-pemudi indonesia untuk segera memerdekakan indonesia, Peristiwa Rengasdengklok adalah peristiwa-peristiwa penting yang mengawarnai kemerdekaan indonesia dimana terlihat berbagai usaha-usaha yang dilakukan para pemuda-pemudi indonesia sampai-sampai presiden dan wakil presiden diculik untuk fokus dalam memerdekaan indonesia agar terhindar dari pengaruh negara luar. Untuk mengetahui Sejarah Peristiwa Rengasdengklok dan Usaha-Usaha yang dilakukan para pemuda-pemudi dalam Kemerdekaan indonesia serta apa tujuan dari Peristiwa Rengasdengklok , mari kita lihat pembahasannya yang dirangkum dalam Artikel Sejarah Peristiwa Rengasdengklok seperti yang ada dibawah ini..
Sejarah Peristiwa Rengasdengklok dan Tujuannya
Monumen Kebulatan Tekad Rengas Dengklok

 Sejarah Peristiwa Rengasdengklok
Peristiwa Rengasdengklok disebabkan oleh adanya perbedaan pendapat antara golongan tua dan golongan muda berkaitan dengan waktu yang tepat untuk mengumandangkan Proklamasi kemerdekaan. Menurut pendapat golongan tua, untuk memproklamasikan kemerdekaan, Indonesia harus menunggu waktu yang diberikan oleh pemerintah Jepang sebab mereka telah memberikan janji kemerdekaan, sedangkan menurut golongan muda, secepat mungkin dilaksanakan Proklamasi kemerdekaan dengan memanfaatkan kekosongan kekuasaan atau vacuum of power. Akibat munculnya perbedaan pendapat tersebut, maka golongan pemuda melakukan penculikan terhadap golongan tua, yaitu Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta yang diasingkan di Rengasdengklok. 

Pada tanggal 16 Agustus 1945 di Asrama Baperpi Jalan Cikini 74 Jakarta, golongan muda mengadakan rapat yang dihadiri oleh Sukarni, Jusuf Kunto, dr. Muwardi, dan Shudanco Singgih dan Paidan Peta Jakarta. Rapat ini membuat keputusan untuk mengasingkan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta ke luar kota dengan tujuan untuk menjauhkan mereka dan segala pengaruh Jepang. Untuk menghindari kecurigaan dari pihak Jepang, Shudanco Singgih mendapatkan kepercayaan untuk melaksanakan rencana tersebut.

Rencana tersebut berjalan lancar karena mendapat dukungan perlengkapan tentara Peta dan Cudanco Latief Hendraningrat sehingga tepat pada tanggal 16 Agustus 1945 pukul 04.30, Ir.Soekarno, Mohammad Hattaa, dan sekelompok golongan pemuda tiba di Rengasdengklok. Atasan mereka membawa Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta untuk mengamankan mereka dari situasi genting yang terjadi di ibu kota. Di Rengasdengklok, akhirnya In. Soekarno dan Mohammad Hatta bersedia untuk menyatakan kemerdekaan setelah kembali ke Jakarta.

Sementara itu, di Jakarta terjadi perundingan antara golongan tua dan golongan muda. Golongan tua diwakili oleh Ahmad Subardjo, sedangkan golongan muda diwakili Wikana. Dan perundingan tersebut, diperoleh kesepakatan bahwa proklamasi kemerdekaan harus dilaksanakan di Jakarta. Ahmad Subardjo bersedia memberiikan jaminan bahwa proklamasi kemerdekaan Indonesia akan diumumkan pada keesokan harinya tanggal 17 Agustus 1945, maka Komandan Kompi Peta Rengasdengklok Cudanco Subeno bersedia melepaskan Ir. Soekarno dan Mohammad Hatta.

Sekian Artikel Tentang Sejarah Peristiwa Rengasdengklok, Semoga Bermanfaat. (Sumber :Modul Sejarah, Hal 4-5, Penerbit: Hayati Tumbuh Subur., Penulis : Tim Edukatif HTS, Surakarta.)


Monday, September 22, 2014

Sejarah Penyiaran Agama Islam di Indonesia (Penyebaran Agama Islam)

 Sejarah Penyiran Agama Islam di Indonesia| Dalam Penyebaran agama islam di indonesia dilakukan oleh pedagang dan kerajaan-kerajaan islam serta Wali sanga, Telah menjadi sejarah bagi indonesia yang mayoritas memeluk agama islam tentang Proses penyebaran agama islam di indonesia, dalam penyiaran agama islam di indonesia pertama kali didalam posisi indonesia yang sangat strategis karna berada ditengah-tengah sehingga kapal-kapal yang ingin melewati indonesia menyempatkan dirinya untuk istirahat dan sekaligus menjual dagangannya disamping menjual dagangannya juga menyebarkan agama islam, dan muncullah berbagai kerajaan-kerajaan islam yang sangat berperan penting dalam penyebaran agama islam serta penyiaran agama islam di indonesia, artinya awalnya dimulai dari pedagangan dan makin bertambah luas lagi ketika wali songo atau para sahabat ALLAH muncul membuat penyiaran agama islam di indonesia semakin pesat dan terus bertambah. Untuk lebih mengetahui lebih jelas tentang Sejarah Penyiaran agama Islam di Indonesia atau permulaannya, mari kita lihat pembahasannya dibawah ini...

 Sejarah Penyiran Agama Islam di Indonesia, Kerajaan-kerajaan islam di indonesia, Sejarah Wali songo, dan Proses penyebaran islam di indonesia

 Sejarah Penyiaran Agama Islam di Indonesia

Sejak dahulu terdapat hubungan perdagangan antara Indonesia dengan Gujarat di India � Barat. Hubungan itu makin ramai sesudah Bagdad jatuh ketangan bangsa Mongol tahun 1258. Karena kedudukan Gujarat bertambah penting, pedagang-pedagang Islam dari Gujarat berdagang Iangsung ke Indonesia.

Mereka membeli rempah-rempah dan sebaliknya menjual barang-barang yang dibawa dan India. Berkat Ietaknya yang baik pada sisi-barat Selat Malaka, bandar-bandar di Sumatra Utara banyak dikunjungi pedagang-pedagang Gujarat. Melalui hubungan perdagangan tadi lambatlaun agama Islam disiarkan oleh pedagang-pedagang Gujarat terhadap rekan-rekannya di Indonesia. Dengan menganut agama yang sama hubungan perdagangan akan bertambah erat.

Pada akhir abad 13 telah ada petunjuk-petunjuk bahwa agama Islam telah tersiar di Sumatra Utara.
1. Dalam perjalanan dan China ke Persia (1292) Marco Polo singgah di Sumatra Utara. Dia menceritakan bahwa di Peureula telah ada penganut-penganut Islam.

2. Batu nisan Malik al Saleh, Sultan Samudra Pasai yang Wafat 1297 menunjukkan batu nisan seorang Islam. Batu nisan tadi diimport dari Gujarat dan agaknya menjadi barang dagangan yang penting.

Dan Penyiaran Agama Islam di Indonesia juga berperan kerajaan-kerajaan islam seperti :
a. Kerajaan Samudra Pasai  
b. Kerajaan Malaka 
c. Jawa Tengah dan Jawa Timur  
d. Wali Sanga.

A. KERAJAAN SAMUDRA PASAI.

Kerajaan Samudra Pasai adalah kerajaan Islam pertama di Indonesia. Berkat letaknya yang strategis, Samudra Pasai segera tumbuh menjadi pusat perdagangan yang penting di Selat Malaka. Adanya hubungan perdagangan yang erat dengan Gujarat menyebabkan perdagangan Samudra Pasai mengalami perkembangan. Disitu terdapat kantor-kantor dagang bangsa Gujarat, Persia dan lain-lain.

Samudra Pasai juga telah mengadakan hubungan dengan kesultanan Delhi di India. Tatkala Ibnu Batutah diutus oteh Sultan Delhi ke China, ia singgah di Samudra Pasai dan diterima dengan ramah tarnah oleh Sultan Ahmad. Demikian pula ketika Ia kembali dan China, sekali lagi singgah disana.Belum dapat ditentukan sifat hubungan antara kedua negara tersebut, apakah hubungan biasa ataukah berarti Samudra Pasai mengakui kekuasaan Sultan Delhi.

Perkembangan Samudra Pasai tidak lama, kira-kira hanya tiga perempat abad. Samudra Pasai tidak bisa tumbuh merijadi negara besar, karena menghadapi Majapahit. Sebagai negara maritim yang besar yang menguasai perairan Asia Tenggara, Majapahit tidak mungkin membiarkan tumbuhnya kekuatan baru disekitar Selat Malaka. Oleh sebab itu � tahun 1350 Samudra Pasai dibinasakan oleh armada Majapahit. Pada masa berikutnya Samudra Pasai tidak mempunyai kemungkinan untuk bangkit sebagai negara yang berartI di Asia Tenggara. Karena � tahun 1400 berdiri bandar Malaka yang letaknya lebih baik daripada Samudra Pasai.

B. KERAJAAN MALAKA.

Kota Malaka semula hanyalah sebuah kampung nelayan. Menurut cerita, Malaka didirikan oleh Parameswara. Seprang bangsawan dan Majapahit. Dalam abad-15 Malaka berangsun-angsur tumbuh berkembang menjadi bandar besar dan pusat perdagangan di Asia Tenggara. Kemudian Malaka juga menjadi pusat agama Islam yang penting. Dari Malakalah agama Islam tersiar  masuk kesebagian besan wilayah Indonesia.

Bahwa Malaka dapat berkembang menjadi negara Maritim yang besar di Asia Tenggara disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:
Faktor-Faktor Malaka menjadi negara Maritin Besar :
1. Letaknya amat strategis : yaitu pada persimpangan jalan perdagangan-pelayaran intenasional yang membentang dan Timur Tengah-India-China.
Maka dari itu :
  • Malaka menjadi handar perbekalan.
  • Malaka menjadi bandar transito.
2. Situasi politik mengu�tungkan
  • Majapahit tidak mungkin merintangi perkembangan Malaka, karena telah mengalami kemunduran.
  • Kerajaan Siam yang besar-kuat bukan negara maritim yang berarti. Untuk menghindari bahaya expansi Siam, Malaka cukup �minta perlindungan� kepada kerajaan Ming di China yang pada waktu itu kuat armadanya tetapi jauh �etaknya.
Dalam abad 15 dan permulaan abad 16 Malaka benar-benar menjadi bandar internasional yang besar. Berbagai pedagang dan Persia, Gujarat, Birma, Indonesia, Pilipina dan China datang berdagang di situ. Dengan demikian Malaka menjadi titik pertemuan antara bangsa-bangsa Asia. Adapun pedagang-pedagang Indonesia yang paling banyak mengunjungi Malaka ialah pedagang-pedagang dan pesisir-Utara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Bahkan ada diantara mereka yang bermukim disana. 

Seperti kita ketahui pedagang-pedagang Jawa menjadi pedagang perantara antara daerah Maluku dengan Malaka. Selain membawa rempah-r�mpah, mereka juga membawa beras Jawa yang sangat dibutuhkan oleh Malaka.

Karena di Malaka pedagang-pedagang Jawa bergaul dan berhubungan dagang dengan pedagang-pedagang Islam dari Gujarat, Persia maka lambat laun banyak diantara mereka yang menganut agama Islam. Mereka lalu menyiarkan agama baru tadi kepada rekan-rekannya di daerah-daerah yang dikunjunginya. Maka dan itu penyiaran agama Islam pada abad-15 terutama didaerah-daerah pesisir yang terletak pada jaringan perdagangan nasional yang membentang dan Maluku hingga Malaka.

Setelah pada tahun 1511 Malaka jatuh ke tangan orang Portugis, agama Islam makin tersebar Iuas di Indonesia. Adapun sebabnya :
  • Pedagang-pedagang Islam yang semula berada di Malaka lalu memindahkan kegiatannya ke daerah-daerah lain terutama ke Adeh, Banten, Kalimantan Barat dan Makassar.
  • Jalan perdagangan Islam beralih dari Selat Malaka ke Selat Sunda terus menyusur pesisir-Barat Sumatra. Daerah-daerah yang dilalui segera mendapat pengaruh Islam.
  • Raja-raja Islam dan Demak dan Aceh dengan segera menyebarIuaskan agarna Islam ke daerah-daerah yang belum Islam.

Tujuannya untuk mencegah masuknya pengaruh Portugis, balk di bidang politik, ekonomi mau pun agama.


C. JAWA TENGAH DAN JAWA TIMUR.
Akibat perang saudara dan pertentangan antar bangsawan pada permulaan abad 1 5 Pemerintah Pusat Majapahit telah lemah benar. Bandar-bandar pesisir Jateng dan Jatim : Demak, Jepara, Tuban, Gresik dan Surabaya tidak lagi menghiraukan Pemerintah Pusat Majapahit. Bandar-bandar tersebut hakekatnya mulai tumbuh menjadi kerajaan-kerajaan kecil yang bebas-merdeka. Berkat hubungan dagang yang erat dengan Malaka lambat laun para penguasa bandar-bandar itu banyak yang masuk menganut agama Islam. Mereka berbuat demikian pada mulanya
Mungkin dengan maksud tujuan:
1. Agar hubungan ekonomi-perdagangan dengan pedagang-pedagang Islam di Malaka menjadi bertambah erat.
2. Dijadikan dalih guna melepaskan din dan Pemerintah Pusat Majapahit dengan dasar perbedaan agama.
Dari kota-kota itu selanjutnya agama Islam tersiar ke daerah pedalaman dan juga daerah-daerah Indonesia yang lain Seperti Maluku. Adapun pusat dan benteng Islam di Jateng-Jatim ialah Demak dan Gresik.Fungsi dan peranan Demak makin bertambah penting hingga mampu menyatukan dan memimpin seluruh kota-kota pesisir dalam wadah Kesultanan Demak ( + 1400 � 1568).


D. WALl SANGA
Gerak penyiaran agama Islam di Jawa tidak bisa dipisahkan dengan peranan dan jasa para Wali. Sebutan Wali adalah kependekan dan perkataan WaIi�ullah, artinya sahabat Allah atau orang yang sangat dekat dengan Allah. Wali mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang agarna serta sanggup berjuang demi kepentingan agama.

Jumlah Wali dianggap sembilan, meskipun sebenarnya banyak s�kali. Hal itu mungkin berhubungan dengan suatu kepercayaan yang menganggap sembilan merupakan bilangan yang keramat.

Meskipun Wali-wali itu guru-guru besar agama don penyiar agama, namun ada juga Wali yang akhirnya memegang peranan penting dalam bidang politik-pemerintahan. Misalnya Sunan Gunung Jati atau Faletehan. Beliau adalah pendiri kerajaan Banten-Cirebon, bahkan akhirnya menjadi Sultan Cirebon hingga wafatnya.
Lain dari pada itu beliau juga seorang panglima perang yang ulung. Dibawah pimpinannya pasukan Demak berhasil menaklukkan Banten, Jakarta, Cirebon dan berhasil pula menghancurkan usaha Portugis untuk memasuki Jabar.

Jadi meskipun Wali atau Sunan itu guru besar dan penyiar agama Islam, akan tetapi fungsi-kedudukannya kadang-kadang tidak terbatas pada bidang agama saja.

Dalam menyebarkan agama Islam para Wali mendirikan perguruan-perguruan, tempat untuk menggembleng murid-murid yang militan dan luas pengetahuannya. Lain dan pada itu dalam penyiaran agama ke daerah-daerah pedalaman, para Wali bertindak bijaksana.

Agama Islam seakan-akan disesuaikan dengan alam kepercayaan rakyat dengan tidak menyimpang dan ajaran Islam yang sejati. Tindak bijaksana itu perlu mengingat daerah pedalaman �paling dalam� mendapat pengaruh agama Hindu. Dengan cara tersebut agama Islam mudah tersiar dan diterima oleh rakyat di daerah pedalaman. Sedangkan di bidang kebudayaan terjadi akulturasi antara kebudayaan Islam dengan kebudayaan Jawa-Hindu

Sekian Artikel Tentang  Sejarah Penyiran Agama Islam di Indonesia, Semoga Bermanfaat. (Sumber : Sejarah Nasional Indonesia dan Dunia 2, Hal :9-14, Penerbit : Widya Duta.1984, Penulis : Ibnoe Soewarso)

Friday, September 19, 2014

Sejarah Peradaban Bangsa Sumeria

Sejarah Peradaban Sumeria (Peradaban Bangsa Sumeria)|Sejak tahun 5000 SM, bangsa Sumeria memaksimalkan pada bidang pertanian dengan memanfaatkan lahan-lahan untuk pertanian bagian selatan Mesopotamia. Dengan mengembangkan dibidang kebudayaan yang dikenal dengan sebutan Ubaid. Dari waktu kewaktu Bangsa sumeria dapat mengetahui cara meningkatkan hasil-hasil bangsa sumeria dibidang pertanian dengan cara seperti : membangun saluran-saluran irigasi yang bertujuan mengairi lahan pertanian serta menanggulangi banjir yang terjadi setiap musim atau dikatakan musiman  Kehidupan Bangsa sumeria semakin meningkat dengan melimpahnya hasil-hasil pertanian yang mengakibatkan populasi bangsa sumeria meningkat. Dalam Keadaan bangsa sumeria, mendorong bangsa sumeria dengan berdirinya berbagai  kota. Kota-kota yang terkenal antara lain Eridu, Ur, dan Uruk. Munculnya kota-kota menandai babak baru dalam peradaban Sumeria. Rakyat bangsa Sumeria semakin luas , tidak hanya dibidang pertanian. melainkan terdapat berbagai profesi dan status, seperti bidang perdagang, bidang buru/tukang, dan pendeta.

A. Sistem Pemerintahan
Pada awalnya masing-masing kota Sumeria berdiri sendiri menjadi seperti sebuah Negara dan kota. Ditiap-tiap kota dipimpin atau diperintah dengan suatu dewan yang kehendak orang tua. Khususnya di dibidang perang, pimpinan atau pengambil perintah berpindah ke panglima yang, dalam pergantian tersebut disebut sebagai lugal. ia menjadi pemimpin sampai perang berakhir. Persaingan dan perebutan di antara kota-kota mengakibatkan peperangan sering terjadi. Keadaan mulai berubah menjadi buruk akibat timbulnya serangan yang berasal suku nomad.  Perang yang tak henti-henti mengakibatkan posisi para lugal semakin permanen. Para lugal memerintah dalam janga waktu yang lama atau seumur hidupnya. Hal ini  mengakibatkan sistem pemerintahan disetiap kota berganti menjadi sebuah kerajaan. Pada tahun 2900 SM, Posisi/kedudukan lugal berubah menjadi raja.

Setelah sempat dikuasai oleh Akkadia lalu Gutia, peradaban Sumeria bangkit kembali dibawah pemerintahan UrNammu.Di bawah pemerintahannya, kota-kota Sumeria disatukan, tetapi,hal tersebut tidak dalam  kejayaannya tidak bertahan lama atau hanya bertahan 100 tahun. Bangsa Elam menyerang dan menguasai kota-kota Sumeria. Meskipun demikian, bangsa yang menguasai kawasan itu tetap melanjutkan peradaban Sumeria.

B. Sistem Kepercayaan
Sistem kepercayaan Sumeria merupakan sistem yang menganut polytheisme. Sistem kepercayaan bangsa sumeria polytheisme yang artinya menyembah para dewa-dewi,  dan dalam bangsa sumeria memiliki ratusan dewa dan dewi dalam hal itu artinya bangsa sumeria menyembah ratusan dewa-dewi . Bagi bangsa sumeria para dewa-dewi dipuja dan disembah karna dalam hal itu sangat penting yang diyakini dapat membuat tetap makmur. Jika bangsa sumeria tidak melakukan hal tersebut maka dewa-dewi  marah dan memberikan hukuman dalam wujud bangji atau perang. , dewa-dewi akan marah dan menjatuhkan hukuman dalam wujud banjir dan perang.
Masing-masing kota memiliki dewa pelindung. Dewa itu akan memelihara keberlangsungan kota. Dewa-dewi lainnya dikaitkan dengan segi-segi kehidupan sehari-hari.
Dewa-dewi Sumeria :
�    Enlil, dewa udara sekaligus dewa tertinggi.
    Ninhursag, istri Enlil sekaligus dewi tertinggi.
�    Enki, dewa air dan pelindung ilmu pengetahuan serta sihir.
�    Nanna (kemudian disebut Sin), putera Enlil sekaligus dewa bulan.
�    Utu (kemudian disebut Shamash), putera Nanna sekaligus dewa
�    matahari.
�    Innana (kemudian disebut Ishtar), dewi cinta sekaligus perang.

C. Sistem Tulisan
Salah satu jasa bangsa Sumena bagi sejarah dunia adalah penemuan sistem tulisan. Sejak tahun 4000 SM bangsa Sumeria telah mengembangkan sistem tulisan. Sistem tulisan itu muncul seiring dengan pertumbuhan kota-kota yang cepat. Pertumbuhan kota melahirkan kebutuhan akan catatan-catatan, seperti kronik peristiwa penting dan jumlah panenan serta ternak yang harus diserahkan ke kuil pemujaan untuk persembahan.

Sistem tulisan Sumeria berupa tulisan gambar (pictogram). Orang Sumeria menulis pada tablet, yakni lempengan tanah liat. Sebagai alat tulis, digunakan semacam paku. Itulah sebabnya, sistem tulisan Sumeria dikenal sebagai huruf paku. Dalam perkembangannya, sistem tulisan Sumeria mengalami modifikasi ke dalam bentuk lambang-lambang. Sistem tulisan ini selanjutnya dipakai oleh bangsa-bangsa yang menguasai kawasan Mesopotamia.

D. Bangunan Kuil
Tata kota bangsa Sumeria tidak bisa dilepaskan dan bangunan kuil. Orang Sumeria percaya bahwa kota bukan milik mereka, melainkan para dewa-dewi. Oleh karena itu, harus ada bangunan kuil di pusat kota. Besar dan kecilnya kuil tergantung dari kemakmuran kota yang

Bangsa Sumeria mempunyai cara tersendiri dalam membangun kuil. Secara bertahap mereka memperbarui kuil sesuai dengan tingkat kemakmuran kota. Saat memperbarui, mereka membangun kuil baru di atas kuil yang lama. Begitu seterusnya sehingga kuil semakin tinggidan berundak-undak disebut Ziggurat. Model bangunan kuil seperti itu terus dilanjutkan oleh bangsa-bangsa lain yang menduduki kawasan Mesopotamia.

Sekian, Sejarah Peradaban Bangsa Sumeria, Semoga Bermanfaat. (Sumber : Ips sejarah, Penerbit : Erlangga, Penulis : Matroji)

Sejarah Awal Palestina dan Israel

Sejarah Palestina dan Israel | Ada peninggalan purbakala yang mengindikasikan manusia sudah mendiami wilayah palestina sejak zaman batu dahulu kala (500-14.000 tahun SM) sebagaimana yang diidentifikasi oleh Zaman Batu Pertengahan (14.000-8000 tahun SM) bahwa ada sesuatu yang dikategorikan sebagai bentuk kehidupan berperadaban yang dapat disebut sebagai peradaban an-Nathufiah. Yakni kehidupan ketika bangsa Kan'an datang dari lazirah Arab (2500 SM) dalam jumlah besar sehingga membuat mereka menjadi penduduk utama di sana. Kemudian mereka mulai membangun kota yang tidak kurang dari 200 kota dan desa di Palestina, seperti kota-kota Pisan, Alqolan, Aka, al-Khalil, Usdud, Bi'ru Alsaba' dan Betlehem.

Menurut pendapat para ahli sejarah yang dapat dipercaya, mayoritas penduduk Palestina sekarang, dan khususnya di pedesaan, merupakan keturunan kabilah-kabilah bangsa Kan'an, Umuriyah dan Palestina. Kabilah-kabilah Arab mendiami Palestina sebelum dan sesudah ekspansi pasukan Islam. Mereka dapat berasimilasi dan menyatu dengan penduduk lokal karena kesatuan agama dan bahasa. Mereka semua memeluk Islam dan menjadi bangsa Arab dibawah payung pemerintahan Islam selama rentang waktu 13 abad.

sejarah palestina

Kedatangan Nabi Ibrahim a.s ke Palestina (sekitar 1900 SM) menjadi tonggak bersejarah bagi terbitnya cahaya tauhid di bumi penuh berkah ini. Nabi ini juga hidup di zaman penguasa al-Quds, Malki Shadiq, yang kelihatannya akrab dan bersahabat dengannya. Nabi Ibrahim a.s, bapak para nabi, memainkan peran besar dalam penyebaran risalah tauhi dan tampaknya tidak menghadapi banyak rintangan atau halangan berat dari penduduk Palestina. Ia tidak pernah terpaksa harus meninggalkan negeri ini karena faktor agama atau ajakan dakwahnya. Ia tetap tinggal di sana dengan tenang dan meninggalkannya dengan segala kebebasa, kapan saja hal itu ia kehendaki. Sehingga, akhirnya ia dipanggil Allah di kota Madinah yang juga dijuluki dengan al-Khalil (panggilan Nabi Ibrahim).

Nabi Ya'qub mempunyai anak sebanyak 12 orang. Mereka merupakan keturunan yang dikenal dengan sebutan Bani Israel (dan Israel adalah julukan buat Nabi Ya'qub a.s). Mereka berhijrah ke Mesir dan bermukim di sana. Namun, apa yang mereka alami adalah kekejaman raja-raja Fir'aun selama berabad-abad. Kemudian Allah Swt mengutus Nabi Musa a.s (abad ke 13 SM) untuk menyelamatkan mereka dari Fir'aun dan pengikutnya. Namun, Bani Israel sejak saat itu telah dicap oleh Allah dengan kehinaan dan kaum yang penakut, maka mereka diwajibkan untuk kembali ke daerah Palestina seraya berkata kepada Musa a.s.

"Hai Musa, kami sekali-kali tidak akan memasukkan selama-lamanya, selagi mereka ada di dalamnya. Karena itu, pergilah kamu bersama Tuhanmu dan berperanglah kamu berdua, sesungguhny kami hanya duduk menanti di sini saja." (Al-Maa'idah:24).

Nabi Musa a.s telah berpulang ke pangkuan Rabbnya sebelum memasuki negeri Palestina. Di saat generasi baru dari Bani Israel tumbuh kembali setelah 40 tahun dari kegelapan, Nabi Yusya'bin Nun a.s memegang kepemimpinan mereka (1190 SM) dengan menyeberangi sungai Jordan dan berhasil membawa bangsa ini pada keberhasilan dalam menguasai daerah bagian timur laut Palestina. Dalam masu 150 tahun kemudian, malapetaka, kehidupan chaos, perselisihan, dan dekadensi moral dan agam menyeruak dalam kehidupan bangsa Israel. Kondisi hiruk-pikuk ini tidak berubah hingga tiba saat kedatangan Thalut sebagai raja mereka yang dapat mengalahkan musuh-musuhnya.

Kedatangan Nabi Daud a.s yang menggantikan Thalut sebagai deklarasi awal bagi zaman baru dengan cahaya Tauhid di negeri yang penuh berkah. Ia dianugerahi Allah kerajaan (1004 SM) yang mampu melebarkan sayapnya dengan memerangi kaum-kaum kafir di atas tanah suci. Ia juga berhasil menundukkan kaum ini, kemudian mampu memindahkan ibukotanya ke al-QUds pada tahun 995 SM. Kerajaannya menguasai sebagian besar wilayah pesisir yang belum ditaklukkan.

Kerajaan ini berlanjut hingga 963 SM yang kemudian digantikan oleh anaknya, Sulaiman a.s (963-923 SM). Palestina pada waktu itu benar-benar menyaksikan perkembangan dan kemajuan serta kejayaan yang besar. Allah jadikan angin dan jin tunduk pada kehendak Nabi Sulaiman. Sehingga ia mendapat kerajaan yang belum pernah diberikan kepada siapa pun sebelumnya. Karena itu masa kekuasaan Daud a.s dan Sulaiman a.s ini merupakan zaman keemasan di Palestina selama lebih kurang 80 tahun dibawah bendera iman dan tauhid, sebelum datangnya agama Islam di sana.

Setelah wafatnya Sulaiman, terpecahlah kerajaannya menjadi dua negeri yang terpisah dan bermusuhan di banyak kesempatan. maka lahirlah kerajaan "Israel" di utara Palestina (923-721 SM) dan kerajaan "Yahuda" (923-586 SM). Menurut terminologi Ensiklopedia Britanica, kerajaan Israel disebut dengan "kerajaan Boneka". Kerajaan ini semakin lemah dan penguasanya rusak sehingga tamat riwayatnya setelah dikuasai oleh bangsa Asyuria di bawah komando Raja Sarjun Kedua. Sarjun menghancurkan kerajaan tersebut. Ia mendeportasikan rakyatnya dari Bani Israel ke wilayah Khabur, Kurdistan dan Persia serta mengantikan mereka dengan bangsa Armenia.

Adapun kerajaan "Yahuda" terus berlanjut hingga 586 SM, dengn ibu kotanya yaitu kota al-Quds. Kerajaan ini juga telah mengalami banyak tanda kelemahan dan terperosok dalam cengkeraman supremasi internal dalam waktu yang panjang. Kelemahan ini dimanfaatkan oleh Raja Fir'aun Mesir untuk mengalahkan dan memasuki ibu kotanya pada penghujung tahun 10 SM. Bangsa Palestina juga melakukan hal yang sama dibawah masa Yahram (849-842 SM) hingga mereka terpaksa membayar jizyah pada orang Asyuria. Kemudian akhirnya kerajaan "Yahuda" jatuh di tangan orang-orang Babilonia dibawah pimpinan Nabukazneder yang menghancurkan al-Quds, meratakan sinagog (al-haikal) dan membantai lebih kurang 40 ribu bangsa Yahudi. Dengan demikian, runtuhlah kerajaan mereka pada tahun 586 SM.

Kerajaan Bani Israel hanya berkuasa tidak lebih dari 4 abad yang hanya memerintah di sebagian kecil wilayahnya, dengan pemerintahan yang secara umum lemah dan terpecah-pecah. Juga terkadang tersubordinasi di bawah supremasi dan superioritas negara-negara sekitarnya yang lebih kuat. Sementara itu, anak bangsa Palestina yang terdiri dari keturunan Kan'an dan lainnya tetap berdominasi di kediaman mereka dan tidak berhijrah atau meninggalkan negeri ini.

Kaisar Persia, Qursy memperkenankan bangsa Yahudi untuk kembali ke Palestina. Kemudian datanglah sebagian kecil dari mereka dan memulai hidup bersandingan dengan bangsa Palestina. Wilayah al-Quds memperoleh otonomi di bawah pemerintahan Persia yang berlanjut dari tahun 539-332 SM. Setelah itu, negeri ini berada di bawah kekuasaan Helenisme Yunani di bawah "Paranormal Agung", sehingga, Yahudi dapat mewujudkan otonomi sejak tahun 164 SM. Yang terkadang mampu untuk meluaskan pengaruhnya dan terkadang juga menyempit Indikasi-indikasi independensinya bertambah dan berkurang bergantung pada konflik kekuatan-kekuatan besar saat itu di Palestina (Romawi, Ptelomius dan Saluki).

Romawi berhasil menguasai Palestina pada tahun 63 SM. Palestina berada di bawah kekuasaannya secara langsung dari tahun 6 M yang menghilangkan pemerintahan otonomi yang dinikmati oleh Yahudi di wilayah al-Quds. Hal ini yang membuat bangsa Yahudi memberontak (66-70 M) tapi komandan militer Romawi, Titus berhasil mematahkan pemberontakan mereka dan menghancurkan sinagog. Kemudian bangsa Yahudi kembali memberontak dan yang terakhir terjadi tahun 132-135 M. Tetapi, pemimpin Romawi Julius Cyprus mengokupasi al-Quds dan memporakporandakannya. Diatas puing kota ini, Kaisar Romawi, Hedrian I membangun kota baru yang dinamakan dengan Elia Capitolina yang kemudian dikenal belakangan dengan nama Elya, yaitu nama Hedrian I.

Bangsa Yahudi dilarang memasuki kota al-QUds selama 200 tahun kemudian. Jumlah populasi mereka pun sangat jarang di sepanjang 18 abad berikutnya. Sementara itu, penduduk pribumi dari keturunan Kan'an dan mereka yang berasimilasi dengan mereka dari kabilah-kabilah arab tetap langgeng di sana jauh sebelum kedatangan Bani Israel. Mereka tetap berkelangsungan hidup setelah kehengkangan bangsa yahudi hingga saat sekarang ini.

Latar Belakang Persoalan Palestina dalam Sejarah

Sebagaimana telah kita singgung sebelumnya, bangsa Yahudi telah kehingan kontak secara praktis dengan Palestina selama 800 tahun. Mereka tidak memiliki sesuatu kecuali naluri agamis dimana para tokoh, rabbi dan pemimpin mereka menolak untuk mengubahnya menjadi program konkret. Hal ini dikarenakan ada keyakinan bahwa negara mereka berhak untuk dihancurkan tersebar dalam diaspora karena kesalahan yang mereka lakukan. Mereka hanyalah menunggu Almasih sebagai penyelamat bagi mereka, "Masia" atau "Mesiah". Dalam kondisi ini mereka diperbolehkan untuk tinggal di Palestina dan membangun kehidupan mereka.

Sejumlah variabel signifikan terjadi dalam sejarah Eropa Modern yang terefleksi dalam perannya pada bangsa Yahudi dan membangun proyek mereka. Sejak abad ke 16 SM lahirlah pergerakan reformasi agama "Gerakan Protestan" yang mengonsenstrasikan pada persoal iman pada perjanjian lam "Taurat". Pergerakan ini memandang bahwa bangsa Yahudi berdasarkan konsepsi Taurat bahwa mereka adalah penduduk Palestina yang terdiaspora diatas bumi.

Pergerakan ini berkeyakinan bahwa bangsa Yahudi akan berkumpul kembali di Palestina untuk menyongsong kedatangan Nabi Isa a.s yang ditunggu-tunggu yang akan menasranikan mereka. Setelah itu akan lahir zaman yang berlanjut sekitar 1000 tahun dengan kondisi hidup yang penuh kebahagiaan. Pengikut gereja-gereja Protestan telah menjadi penduduk mayoritas di Amerika, Inggris, Belanda, dan setenga dari populasi Jerman. Dengan demikian, muncullah "Zionisme non Yahudi" secara khusus bersemi di tengah masyarakat pemeluk Protestan yang mendukung proyek zionis dengan latar belakang agama.

Pada sisi lain, sesungguhnya Eropa khususnya di abad ke-19 telah menyaksikan perubahan-perubahan politis substansial. Sejak Revolusi Prancis terhadap pemerintahan monarki tahun 1789, terbentuklah negara Eropa modern. Tersebarlah konsepsi nasionalis dan keinginan-keinginan nasional. Kemudian terbentuklah sistem sekularis yang memisahkan agama dari negara, dan peranan gereja termarjainalkan. Yahudi telah berhasil "dibebaskan", dengan dipenuhinya seluruh hak-hak kewarganegaraan mereka, secara khusus di Eropa Barat. Hal ini yang kemudian mempermudah Yahudi untuk menyusup dalam komunitas dan sistem ini. Juga mempromosikan diri pada posisi politis, ekonomis dan sosial yang strategis sehingga mampu mewujudkan cita-cita untuk membangun hegemoni dalam siklus politis, ekonomis dan media.

Selain itu, negara dan keinginan-keinginan nasionalistik di Rusia, Eropa Timur yang menjadi tempat berdomisilinya mayoritas Yahudi di dunia telah bergerak kearah yang lain. Karena Yahudi berjuang keras menentang asimilasi dan modernisasi Rusia yang terlkenal dengan superioritas, kejam dan teror. Hal ini yang mendorong Yahudi untuk berpartisipasi dengan pemerintahan kaisar Rusia. Pecahlah antagonisme terhadap Yahudi secara telanjang pasca terbunuhnya kaisar Rusia, Alexander II tahun 1881 dan yang tertuduh adlah Yahudi. Dari sini mulai muncul gelombang tindakan-tindakan keras dan kejam terhadap Yahudi yang disebut dengan "anti-Semitism" artinya permusahan terhadap Yahudi yang berasal dari unsur Semit.

Kampanye ini menyebabkan lahirnya apa yang disebut dengan "persoalan Yahudi", karena jutaan Yahudi di Rusia berusaha mencari kesempatan untuk selamat dari persoalan yang dihadapi dan mulailah eksodus besar-besaran Yahud ke Eropa Barat, Amerika Utara dan selatan. Kesempatan ini dimanfaatkan oleh pergerakan Zionis untuk tampil dan berkampanye mencari solusi problema Yahudi dengan mendirikan entitas aman dan independen di Palestina. Kebanyakan bangsa Eropa dan Amerika bersimpati dan solider serta mendukung ajakan ini, baik karena sisi dasar agamanya maupun untuk menghindari beban kedatangan eksodus Yahudi ke wilayah negeri mereka.

Lemahnya negara Utsmaniyah, di mana Palestina berada di bawah pemerintahannya (1516-1917), berperan dalam keberhasilan proyek Zionis tersebut. Negara-negara Barat berupaya dengan segala upaya untuk menciptakan satu kondisi yang mendukung proyek Zionis ini. Maka pada konferensi London (1905-1907) muncul gagasan untuk mendirikan "negara tirai" di wilayah Palestina. Mereka yang hadir dalam konferensi mengajukan rekomendasi mereka kepada Perdana Menteri Inggris waktu itu, Campbell Weizmein untuk mendirikan entitas yang menjadi tirai humanis kuat dan asing di wilayah timur Laut Tengah yang dapat menjadi kekuatan antagonis bagi bangsa di wilayah tersebut, yang pada saat bersamaan sebagai negara sekutu Eropa yang andal. Sebaik-baik pelaksana proyek ini adalah Yahudi.

Proyek Barat dalam realisasi konsepsi negara tirai bertujuan untuk menanam entitas asing di jantung dunia Islam. Juga untuk memutus Islam dari sayap Asia dan Afrikanya, mengaborsi kesatuan, serta menjamin kelemahan dan keretakan umat Islam. Karena, eksistensi negara tirai ini erat hubungan dengan target-target kolonial tersebut. Pada langkah berikutnya, entitas ini akan berupaya untuk memukul setiap perkembangan kultural yang kuat di wilayah ini, serta menyibukkan dunia Islam dengan persoalan dan konflik berkepanjangan yang akan menguras setiap energi. Juga melanggengkan wilayah ini dalam subordinasi, mobilisasi, kelemahan dan dependen kepada negara Barat dan negara-negara Besar.

Sebagaimana entitas ini akan selalu bergantung pada bantuan Barat untuk menjamin kelangsungannya, maka Barat juga meminta Zionis untuk menjamin kelemahan, perpecahan dan ketergantungan dunia Islam. Dari simbiosis mutual ini akan terlin koalisi dan persekutuan yang kuat antara Yahudi dan Barat Salibis yang sulit untuk diceraikan. Dari sini tersirat signifikansi persoalan yang harus dipahami benar oleh umat Islam bahwa proyek yang dibidikan ke setiap muslim dan aspirasi-aspirasinya untuk bersatu, bangkit dan maju tidak hanya ditujukan untuk bangsa Palestina sendiri.

Bangsa Barat telah lama mengalami konflik yang berkepanjangan dengan umat Islam selama berabad-abad di mana kaum muslimin lebih unggul selama 11 abad. Setiap kali negara Islam dapat ditundukkan, maka lahir kembali negara Islam baru yang lebih dinamis dari umat ini yang memelihara martabat dan kehormatannya, seperti negara-negara Arrasyidin, Umawi, Abasi, dan Mamalik. Orang-orang Utsmaniyah yang datang setelah Mamalik dapat berhasil menaklukkan Eropa Timur. Juga dapat menyatukan negara-negara Arab di bawah satu panji yang membentuk benteng kokoh tak tergoyahkan selama berabad-abad. Namun kelemahan negara Utsmaniyah secara khusus pada abad ke-19 dan awal abad ke-20, menjadikan orang-orang Eropa memikirkan cara lain yang menjamin kemandulan dunia Islam. Sehingga, posisi Utsmaniya tidak akan melahirkan negara Islam baru yang membangkitkan dinamika dan revivalisme. Maka solusinya adalah mewujudkan ide negara Tirai (negara Zionis).

Palestina: sejarah, perkembangan dan konspirasi By Muhsin Muhammad Saleh 

Tags